Udang merupakan komoditi yang penting dalam dunia perikanan, karena nilai ekonominya yang tinggi. Ada dua jenis udang yang banyak di budidaya di Indonesia yaitu udang Windu (Penaeus monodon) dan udang Vanemei (Lithopenaeus vannamei)
PT.Natural Nusantara sejak tahun 2002 mempunyai paket teknologi organik (Ramah Lingkungan) yang memenuhi aspek K-3 ( Kwalitas,Kwantitas dan Kesuburan) untuk meningkatkan produksifitas sekaligus melestarikan kawasan budidaya tambak udang. Teknologi NASA tersebut berupa pupuk TAMBAK ORGANIK NUSANTARA (TON), suplemen nutrisi Viterna, POC NASA, dan HORMONIK serta prebiotik TANGGUH.
Berikut ini adalah beberapa hal teknis yang perlu di perhatikan dalam budidaya udang :
1. Lokasi Lahan
Lokasi lahan yang baik untuk budidaya udang adalah daerah pantai dengan tanah bertekstur liat, berpasir yang mampu menahan air tidak mudah pecah. Ada air payau dengan salinitas 0-33 dengan suhu optimal 26 – 300C dan bebas dari pencemaran bahan kimia berbahaya. Mempunyai saluran air masuk / inlet dan saluran air yang keluar/ otlet yang terpisah. Mudah mendapatkan sarana produksi yaitu benur, pakan, pupuk, obat-obatan dan lain-lain. Pada tambak yang intensif harus tersedia aliran listrik dari PLN atau Generator sendiri.
2. Berdasarkan intensifitas dan padat tebarnya, budidaya udang di bedakan menjadi :
Ø Tambak tradisional dengan ciri biasanya di lahan pasang surut yang umumnya berupa rawa bakau. Ukuran dan bentuk petakan tidak teratur. Belum menggunakan pupuk dan obat-obatan serta program pakan tidak teratur dan pada tebar rendah.
Ø Tambak Semi Intensif dengan ciri lokasi tambak sudah pada daerah terbuka, bentuk petakan teratur tetapi masih berupa petakan yang luas (1-3 ha/petakan), padat penebaran masih rendah, penggunaan pakan buatan masih sedikit.
Ø Tambak intensif dengan ciri lokasi di daerah yang khusus untuk tambak dalam wilayah yang luas, ukuran petakan di buat kecil ( kurang dari 1 ha ), padat tebar tinggi, sudah mengguakan kincir, pupuk serta program pakan yang baik.
PENGOLAHAN LAHAN
Untuk mendapatkan hasil panen yang baik, sekaligus menjaga kelestarian lingkungan budidaya, wajib hukumnya di lakukan pengolahan lahan yang meliputi :
l Pengankatan lumpur => Setiap budidaya pasti meningkatkan sisa budidaya yang berupa lumpur organik dari sisa pakan, kotoran udang yang mati. Kotoran tersebut harus di keluarkan dengan cara mekanis menggunakan cangkul atau menyedot dengan pia eir / alkon.
l Pengeringan => Setelah tanah di kapur, biarkan tanah hingga mengering dan pecah-pecah, yang tujuannya agar membunuh bibit penyakit.
l Perlakukan Pupuk TON dan Prebiotik Tangguh => Untuk mengembalikan kesuburan lahan serta mempercepat pertumbuahan pakan alami / planton dan menetralkan senyawa beracun, lahan perlu di beri perlakuan TON dosis 2,5kg ha & Prebiotik TANGGUH dosis 2-3lt/ha. Caranya masukkan sejumlah YON & Prebiotik TANGGUH ke dalam air, Kemudian aduk hingga larut. Siramkan secara merata ke seluruh areal tahan tambak.
l Pemasukan Air => setelah di biarkan selama 3 hari, air di masukkan ketambak. Pemasukan air yang pertama sehingga 10-25cm dan biarkan 3 hari, untuk memberi kesempatan bibit-bibit plankton tumbuh setelah di pupuk dengan TON. Setelah itu air di masukkan hingga minimah 80cm. Perlakukan Saponen bisa di lakukan untuk membunuh ikan yang masuk ke tambak. Untuk menyuburkan plankton sebelum benur di tebar, air di kapur dengan Dolomit atau Zeolit dengan dosis 300kg/ha.
PEMILIHAN BENUR
Benur (Benih udang/bibit urang) yang baik mempunyai tingkat kehidupan ( Survival / RS) yang tinggi, daya adaptasi terhadap perubahan lingkungan yang tinggi, berwarna tegas atau tidak pucat baik hitam maupun merah aktif bergerak, sehat dan mempunyai alat tubuh yang lengkap. Penebaran Benur di lakukan setelah air jadi, Yaitu setelah plankton tumbuh yang di tamdai dengan kecerahan air kurang lebih 30-40cm. Penebaran benur di lakukan dengan hati-hati, karena benur masih lemah dan mudah stres pada lingkungan yang baru.
Tahap Penebaran Benur adalah :
I. Adaptasi suhu => Plastik wadah benur di rendam selama 15-30menit, agar terjadi penyesuaian suhu antara air di kolam dan dalam plastik.
II. Adaptasi udara => Plastik di buka dan di lipat pada bagian ujungnya. Biarkan terbuka dan terapung selama 15 – 30 menit agar terjadi pertukaran udara dari udara bebas dengan udara dalam air plastik.
III. Adaptasi kadar garam; salinitas => Di lakukan dengan cara memercikkan air tambak ke dalam plastik selama 10 menit. Tujuannya agar terjadi pencampuran air yang berbeda salinitasnya, sehingga benur dapat menyesuaikan dengan salinitas air tambak.
IV. Pengeluaran benur => Di lakukan dengan memasukkan sebagian ujung plastik ke air tambak. Biarkan benur ke air tambak. Sisa benur yang tidak keluar sendiri, dapat di masukkan ke tambak dengan hati-hati atau perlahan.
PEMELIHARAAN
Pada awal budidaya, sebaiknya di daerah penebaran benur di sekat dengan jaring atau hapa, untuk memudahkan pemberian pakan. Sekat tersebut dapat di perluas sesuai dengan perkembangan udang, setelah 1 minggu sekat dapat di buka. Pada bulan pertama yang harus di perhatikan adalah kwalitas air harus selalu setabil. Penambahan atau pergantian air di lakukan dengan hati-hati karena udang masih rentan terhadap perubahan kondisi air yang drastis. Untuk menjaga kwalitas dan kestabilan air, setiap penambahan air baru atau maksimal 15 hari sekali diberi perlakuan TON dengan dosis 1kg / ha dan Prebiotik TANGGUH dosis 1/2 lt/ha.
Mulai umur 30 hari di lakukan samling untuk mengetahui perkembangan udang melalui pertambahan berat udang.
Udang yang normal pada umur 30 hari sudang mencapai size ( Jumlah udang/ kg) 250 – 300. Untuk selanjutnya samling di lakukan tiap 7 – 10 hari sekali. Produksi bahan organik terlarut yang berasal dari kotoran dan sisa pakan sudah cukup tinggi, oleh karena itu sebaiknya air di beri perlakuan kapur Zeolit setiap beberapa hari sekali dengan dosis 400 kg/ha. Pada setiap pergantian atau penambahan air baru tetap di beri perlakuan TON dengan dosis 1 kg/ha.
Mulai umur 60 hari keatas, yang harus di perhatikan adalah menejemen kwalitas air dan kontrol terhadap kondisi udang. Setiap menunjukkan kondisi air yang jelek ( di tandai dengan warna keruh, kecerahan rendah ) secepatnya di lakukan pergantian air dan perlakuan TON 1kg/ha. Jika konsentrasi dalam tambak yang semakin tinggi, menyebabkan kwalitas air atau lingkungan hidup udang juga semakin menurun, akibatnya udang mudah mengalami stres, yang di tandai dengan tidak mau makan, kotor dan diam di sudut- sudut tambak, yang dapat menyebabkan terjadinya kanibalisme.
PAKAN UDANG
Pakan udang ada dua macam yaitu pakan alami yang terdiri dari plankton, siput-siput kecil, cacing kecil, anak serangga dan detritus (sisa hewan dan tumbuhan yang membusuk). Pakan yang lain adalah pakan buatan berupa pelet. Pada budidaya yang semi intensif, pakan buatan di perlukan. Karena dengan padat penebaran yang tinggi, pakan alami yang ada tidak akan cukup yang mengakibatkan pertumbuhan udang terhambat dan akan timbul sifat kanibalisme udang. Pakan pelet udang di bedakan dengan penomoran yang berbeda sesuai dengan pertumbuhan udang yang normal.
Kebutuhan pakan awal untuk setiap 100.000 ekor adalah 1kg, selanjutnya setiap 7 hari sekali di tambah 1kg hingga umur 30hari. Mulai umur tersebut dilakukan cek anco dengan jumlah pakan di anco 10% dari pakan yang di berikan. Waktu angkat anco untuk size 1000-166 adalah 3 jam, size 66 adalah 2,5 jam dari pemberian. Untuk meningkatkan pertumbuhan udang, perlu penambahan nutrisi lengkap dalam pakan. Untuk itu, pakan harus di campur dengan VITERNA,POCNASA dan HORMONIK yang mengandung mineral-mineral penting, protein, lemak dan vitamin dengan dosis 1 tutup botol (10cc)/ 2-3 kg pakan. Untuk meratakan pencampuran, bisa di tambah dahulu dengan air secukupnya.
Semoda artikel kami ini bermanfaat untuk info produk hubungi +62-855-7484-4543 / BBM: DD1FFBD9D